Sabtu, 05 Februari 2011

Hanya 1 Jam Waktu Kritis untuk Tolong Pasien Serangan Jantung

Berbeda dengan penyakit lainnya, orang yang terkena serangan jantung harus benar-benar mendapat pertolongan yang cepat. Karena hanya 1 jam waktu pasien bisa bertahan sebelum otot-ototnya berhenti bergerak jika tidak mendapat pertolongan cepat.

"Satu jam pertama akan menentukan apakah pasien serangan jantung bisa bertahan atau tidak," bunyi penjelasan American Heart Association seperti dikutip detikHealth Sabtu (5/2/2011).

American Heart Association (AHA) mencatat lebih dari 1 juta orang mengalami serangan jantung setiap tahun dan setengahnya meninggal karena serangan jantung tersebut. Sehingga penting buat semua orang mengetahui bagaimana menyelamatkan pasien yang kena serangan jantung.

Prosedur hemat waktu harus dikuasai betul oleh rumah sakit yang menangani pasien serangan jantung. Pengobatan yang tertunda akan meningkatkan risiko pasien pada kematian atau cacat permanen.

AHA juga mengingatkan pentingnya melakukan pertolongan pertama pada pasien yang terkena serangan jantung. Ciri-ciri pasien yang terkena serangan jantung adalah:

  1. Rasa tertekan (serasa ditimpa beban, sakit, terjepit dan terbakar) yang menyebabkan sesak napas dan tercekik di leher.
  2. Rasa sakit ini bisa menjalar ke lengan kiri,leher dan punggung.
  3. Rasa sakitnya bisa berlangsung sekitar 15-20 menit dan terjadi secara terus menerus.
  4. Timbul keringat dingin, tubuh lemah, jantung berdebar dan bahkan hingga pingsan.
  5. Rasa sakit ini bisa berkurang saat sedang istirahat, tapi akan bertambah berat jika sedang beraktivitas.

Jika Anda mencurigai seseorang mengalami serangan jantung, tindakan cepat dapat menolong menyelamatkan nyawanya. Bahkan jika Anda tidak yakin ia terkena serangan jantung, jangan menunggu terlalu lama untuk berpikir tapi lakukan hal-hal dengan cepat.

  1. Dudukkan atau baringkan pasien.
  2. Berikan aspirin jika ia tidak punya alergi. Aspirin akan menghambat darah menggumpal dan membantu darah tetap mengalir ke arteri. Mengunyah aspirin selama serangan jantung bisa menurunkan risiko kematian hingga 25 persen.
  3. Langsung telepon nomor darurat atau rumah sakit lalu jelaskan gejala yang dialami secara singkat dan jelas, seperti "Pasien mengalami sakit dada yang parah dan kesulitan bernafas".
  4. Waktu 1 jam sampai 90 menit sejak terkena serangan jantung sampai perjalanan ke rumah sakit diharapkan masih bisa memberikan pertolongan ke pasien.

Kenapa waktu 1 jam menjadi waktu yang krisis untuk pasien serangan jantung?


1. Waktu 1 jam dianggap kritis karena berdasarkan pengalaman dokter menangani pasien serangan jantung, yang mana kebanyakan pasien tidak tertolong pada 1 jam pertama serangan jantung.

2. Jantung adalah otot, dan otot akan berhenti bekerja atau mulai mati jika kekurangan oksigen. Otot jantung membutuhkan pasokan darah yang berisi oksigen secara teratur agar dapat berfungsi dengan baik. Jika arteri koroner menjadi sempit, jantung tidak dapat menerima semua darah yang dibutuhkan.

3. Ketika otot jantung mengalami kekurangan oksigen maka beberapa sel akan mati dan otot tidak bisa bekerja lagi.

4. Setiap menit yang berlalu selama serangan jantung, itu artinya jantung kekurangan oksigen dan semakin lama menunggu semakin lama otot jantung berjalan tanpa oksigen sehingga menyebabkan kematian.

5. Ketika jantung mulai kekurangan pasokan darah maka terjadi irama jantung yang tidak stabil yang menyebabkan aliran darah tidak bisa berjalan baik ke organ vital seperti ke otak.

6. Jika dalam waktu satu jam bisa tertangani maka bisa mencegah kerusakan lebih lanjut.

Menurut Prof. Dr. dr Teguh Santoso, SpPD, KKV, SpJP, FIHA, FACC, FESC seperti ditulis sebelumnya bahwa keberhasilan dari pertolongan serangan jantung ini juga tergantung dari berapa banyak daerah yang mengalami penyumbatan. Semakin sedikit daerah yang tersumbat maka kemungkinan sembuhnya lebih besar.

Rata-rata pasien serangan jantung meninggal karena keterlambatan pertolongan, beratnya serangan yang terjadi dan masalah kemampuan pasien untuk operasi.

Tips Berolahraga yang Tidak Membahayakan Jantung

Beberapa kasus orang meninggal usai melakukan olahraga berat seperti sepakbola, tenis, badminton membuat sebagian orang takut untuk melakukan olahraga tersebut. Permasalahan bukan pada cabang olahraganya, melainkan karena terlalu memaksa berolahraga pada kondisi tubuh yang tidak siap.

Kasus publik figur yang meninggal usai melakukan olahraga, seperti Basuki yang meninggal setelah terjatuh saat bermain futsal, Benyamin S meninggal setelah koma beberapa hari usai main sepakbola, serta yang terbaru Adjie Massaid yang meninggal usia bermain futsal, membuat tanda tanya tersendiri apakah olahraga futsal atau sepakbola dapat menyebabkan kematian?

"Yang harus diingat bukan karena cabang olahraganya, tapi memang olahraga prestasi atau fun dapat mengandung bahaya yang fatal untuk kesehatan bila dilakukan saat tubuh tidak siap secara fisik dan mental," jelas dr Michael Triangto, SpKO, Spesialis Kedokteran Olahraga di RS Mitra Kemayoran saat dihubungi 

Menurut dr Michael, semua jenis olahraga mengandung risiko untuk kesehatan, yang paling sering misalnya cedera, putus tendon atau robekan di daerah otot, bahkan yang fatal dapat menyebabkan stroke atau serangan jantung. Namun karena kebanyakan tidak menyebabkan kematian, hal tersebut tidak terlalu dihebohkan.

"Tapi bukan berarti saya melarang orang untuk berolahraga atau menakut-nakuti. Olahraga tetap dibutuhkan tubuh, asalkan orang itu siap secara fisik dan mental, serta tidak memaksakan olahraga melebihi 100 persen tubuhnya," lanjut dr Michael yang juga menjabat sebagai Kepala Sub Bidang Kedokteran Olahraga, Litbang PB PBSI.

dr Michael mengatakan, kebanyakan orang yang mengalami cedera atau masalah kesehatan saat melakukan olahraga adalah karena tubuhnya tidak siap secara fisik dan mental. Apalagi bila sebelumnya orang tersebut sudah memiliki masalah kesehatan, seperti hipertensi atau kolesterol tinggi, tapi tidak pernah diperiksakan melalui check up.

Selain itu, orang awam yang tidak terlatih biasanya sering memaksakan diri melakukan olahraga kompetitif atau olahraga berat melampaui 100 persen kemampuan tubuhnya.

"Memaksakan diri berolahraga berat dengan melebihi 100 persen kemampuan tubuh dapat membahayakan organ-organ di tubuh, termasuk jantung. Untuk itu, perlu juga diperhatikan olahraga apa dan seberapa kemampuan tubuh kita," jelas dr Michael.

Menurut dr Michael, berapapun usia seseorang bila ia memiliki kesiapan secara fisik dan mental, maka tidak bermasalah saat melakukan olahraga berat sekalipun. Tapi bila Anda memaksakan diri melakukan olahraga berat saat tubuh tidak siap, secara fisik mungkin bisa menerimanya, tetapi tidak dengan jantung Anda.

Agar tidak terjadi masalah kesehatan saat melakukan olahraga, dr Michael memberikan beberapa tips sehat dan aman, yaitu:

1. Cek denyut nadi sebelum berolahraga
Sebelum olahraga sebaiknya cek tekanan darah (tensi). Tapi bagi orang awam bisa dengan mengecek denyut nadi di pergelangan tangan atau di leher. Denyut nadi yang normal adalah 60-90 denyut per menit.

Bila denyut nadi di atas atau di bawah jumlah tersebut, sebaiknya jangan memaksakan diri untuk berolahraga, apalagi olahraga berat. Denyut nadi di bawah atau di atas normal menandakan bahwa tubuh Anda dalam kondisi yang tidak prima.

2. Tidak pusing saat bergerak dari jongkok ke berdiri
Bila Anda merasa pusing saat ganti posisi tubuh saat jongkok ke berdiri, artinya jantung tidak mampu memompa darah secara maksimal. Dalam kondisi ini juga jangan paksakan diri untuk berolahraga berat.

3. Jangan paksakan diri saat pertama kali olahraga
"Perhatikan kemampuan tubuh, jangan lakukan olahraga melebihi 100 persen kemampuan tubuh. Jantung harus dilatih secara teratur dan berkesinambungan, setidaknya seminggu 3 kali. Bila Anda sudah lama tidak berolahraga, maka jangan memaksakan diri untuk olahraga kompetitif seperti sepakbola yang harus kejar-kejaran skor. Lakukan secara bertahap sambil dilihat keluhannya," jelas dr Michael.